Selasa, 18 Desember 2012

Bagaimana Jika Saya Selalu Dipandang Sebelah Mata? Kisah Benjamin Franklin


Bagaimana Jika Saya Selalu Dipandang Sebelah Mata? Kisah Benjamin Franklin

Benjamin Franklin (Massachusetts , 1706) memiliki kecintaan yang besar kepada buku. Dari kecil Benjamin selalu bermimpi untuk menjadi penulis terkenal. Mimpinya itu mulai terwujud ketika Ayahnya membuat perusahaan percetakan bernama The New-England Courant yang dikelola langsung oleh Kakaknya James.

Benjamin yang berusia 12 tahun mulai menjadi pekerja dan bertugas di  berbagai macam pekerjaan seperti: mengoperasikan mesin cetak, mengantar kertas ke pembaca hingga mengedit manuskrip Koran.  Seiring dengan pekerjaan dan hasrat dia untuk menjadi penulis hebat, Benjamin mengasah kemampuannya dalam menulis. Benjamin terus membaca karya-karya hebat penulis setempat dan bereksperimen membuat tulisannya sendiri.  

Berbekal ide-ide yang brilian dari hasil pembelajarannya, Benjamin memberitahu kakaknya James tentang artikel-artikel yang ingin dia tulis untuk dipublikasikan di Koran kakaknya. Namun James adalah seorang yang keras kepala dan menanggap Benjamin sebelah mata. James menganggap bisnis percetakan adalah bisnis yang sangat serius dan karya-karya Benjamin hanyalah karya anak-anak yang tidak pantas dipublikasikan. Label bahwa Benjamin hanya sebuah adik yang masih kecil melekat kuat di benak James.
Benjamin terus berusaha berdebat dengan kakaknya akan ide ini. Semakin Benjamin berdebat, Benjamin mulai mengalah karena dia tau James adalah orang yang sangat keras kepala dan tak ada gunanya berdebat dengan kepala batu. Walau mengalah dalam debat, Benjamin tidak pantang menyerah dan terus mencari cara agar tulisannya dapat dimuat di Koran kakaknya.

Tiba tiba Benjamin terpikir sebuah ide.Dia sadar bahwa yang tidak disukai James adalah dirinya. James sudah memberikan label adik kecil yang tidak pernah dewasa kepada Benjamin. Tandanya bila tulisan itu bukan dari Benjamin, James pasti mau menerimanya.

Benjamin terpikir untuk membuat sebuah tokoh fiksi yang akan membuat tulisan ke Koran kakaknya. Setelah berpikir lama, Benjamin memutuskan untuk membuat karakter berupa seorang janda bernama Silence Dogood yang memiliki opini yang sangat menyindir, aneh dan terus terang terhadap kota boston.

Guna membuat karakter fiksinya itu menjadi seolah-olah nyata, Benjamin mulai membayangkan kisah perjalanan janda tersebut dengan detil. Dia menghabiskan berjam-jam untuk berkhayal tentang karakter fiksinya itu. Dia berpikir dari segala aspek hingga Benjamin mulai menjiwai karakter fiksinya itu.

Dengan penuh imajinasi, Benjamin menulis tulisan pertamanya ke The New England Courant. James melihat tulisan tersebut dengan gembira dan langsung mempublikasikannya. Tulisan yang sangat jenaka dan sangat menyindir ini langsung menjadi terkenal di kota itu dan kelanjutan tulisannya selalu ditunggu masyarakat. James menganggap bahwa tulisan ini berasal dari penulis terkenal yang menggunakan nama samaran.

Di saat James sangat senang seiring menerima tulisan dari Nyonya Dogood, Benjamin hanya berpura-pura tidak tahu namun didalam hati dia tertawa puas. Reaksi kakaknya dan reaksi masyarakat lebih dari cukup untuk membuatnya merasa bahagia. Seiring dengan waktu, pekerjaan Benjamin mulai beragam dan Benjamin telah menjadi editor manuscript yang handal.

Percaya dengan kemampuannya, Benjamin ingin mengaku kepada James. Benjamin menganggap bahwa segala prestasi dia di bisnis Koran ini sudah cukup untuk membuat dia diakui di mata kakaknya James. Suatu hari Benjamin datang ke James dan mengaku bahwa sebenarnya yang menjadi Nyonya Dogood itu adalah dirinya sendiri. Benjamin juga membawa bukti tulisan-tulisan Nyonya Dogood.

Berharap ingin dipuji atau setidaknya ingin diakui oleh James, Benjamin malah mendapat perlakuan sebaliknya. James sangat marah kepada Benjamin. James merasa telah dibohongi mentah-mentah oleh adiknya sendiri. James sangat tidak suka dibohongi, apalagi oleh keluarganya sendiri. Semenjak saat itu, Benjamin kembali melakukan aktivitas sehari-harinya. Namun kali ini James benar-benar menjadi pemarah, dingin, selalu menghinda dan merendahkan pekerjaan Benjamin.

Hal ini membuat Benjamin tidak betah bekerja dengan kakaknya James. Berbekal ilmu yang dia dapat selama mengelola bisnis Koran, Benjamin pergi ke Philadelphia untuk mencari peruntungan. Tak lama setelah dia tiba di kota baru dan tak mengenal siapa-siapa, dia menjelajahi bisnis percetakan di kota itu dan bertemu Samuel Keimer. Skill Benjamin di atas rata-rata untuk umurnya di bidang percetakan, Benjamin menjadi orang yang sangat di percaya dan berpengaruh bagi Samuel Keimer. Benjamin pun bebas berkreasi di bisnis barunya itu.

Penjabaran:

Masyarakat yang terbangun sekarang adalah sumbangasih dari akumulasi kejadian di masa lalu. Akumulasi itu terbentuk dan menjadikan budaya yang ada sekarang. Label-label yang diberikan adalah hal yang umum terjadi di masyarakat. Anak laki-laki paling tua pewaris keluarga, adik yang selalu dibawah kakaknya, kakak tertua yang selalu dibanggakan, wanita yang dikesampingkan daripada pria dan lainnya adalah contoh umum yang sering kita jumpai.

Hal yang telah menjadi label cenderung sangat susah sekali dirubah. Lihat bagaimana Benjamin telah membuktikan diri bahwa dia pantas untuk menjadi penulis diimarahi oleh James dengan alasan merasa dibohongi. Jika anda berada dalam situasi yang diatas, ambillah pelajaran dari kisah di atas.
Anda dapat mengambil ilmu dari orang yang merendahkan anda atau memberi anda label, tapi jangan pernah minta penghargaan dari mereka. Jika anda meminta hal itu berarti anda melakukan hal yang sia-sia. Ambillah ilmunya sebanyak yang anda mau dan pindah lah ke tempat yang lain. Dengan skill dan pengetahuan yang anda miliki, sudah sangat dipastikan ada orang yang sangat menghargai anda. Untuk apa bersusah payah mencari pengakuan dari orang yang tidak menghargai anda, sedangkan di luar sana banyak orang yang menghargai anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar