Senin, 18 Februari 2013

Celoteh Kasus Raffi Ahmad


Sebenernya jujur sih saya jarang menonton televisi karena saya memang tidak terlalu suka. Namun ketika saya kemaren makan di pecel deket kontrakan, saya melihat acara gossip-gossip selebritis gitu. Disana tampak Ibu Ami yaitu Ibu dari Rafi Ahmad sedang “curhat” tentang kemungkinan anaknya menggunakan narkoba. Beberapa kalimat yang saya kutip dari beliau kurang lebih seperti ini.

Namanya Raffi Ahmad itu kan banyak kerjanya, pagi-pagi dia shooting buat iklan, lalu jadi presenter dimana-mana, belum juga berbagai sinetron yang dia perankan, dia itu bekerja dari pagi hingga malam hari. Saya pun meragukan anak saya kalau dia adalah pengguna narkoba. Lihat saja dengan segudang kegiatan yang dia miliki. Apakah dia tampak seperti seorang pengguna narkoba?”

Jujur sih seringnya saya tidak perduli dengan perkataan artis siapapun dalam televisi. Namun kali ini saya tertarik dengan kasus Raffi Ahmad yang banyak diberitakan ini walaupun sudah 3 minggu. Berikut hanyalah beberapa opini saya mengenai hal ini. Pengetahuan saya pun sangat terbatas dan ini hanyalah celoteh dari seorang pemuda belum lulus kuliah. Jadi jangan dianggap serius.

  Narkoba itu biasa dan dimana-mana.

Ironi sih memang, tapi jangan munafik kalo memang narkoba itu biasa dan ada dimana-mana. Barang bukti Raffi itu kalo tidak salah 2 linting ganja dan 17 butir pil extacy. Bayangkan sebuah berita yang geger itu hanya dikarenakan oleh 2 linting ganja dan 17 butir pil extacy? (berkabung) Dari sudut pandang jumlah narkotika.saya merasa bahwa barang dengan jumlah segitu adalah tidak lain dari berita-berita narkoba yang dulu suka saya tonton di acara berita jam 12 siang sambil makan siang dan setiap hari selalu muncul. Penangkapan 2 kilo ganja, penyelundupan shabu di dalam perut saja tidak menjadi geger, tapi 2 linting ganja dan 17 butir pil extacy menjadi geger ?

Mendapatkan narkoba tidaklah sulit. Di sekeliling saya, saya melihat berbagai orang menggunakan narkkoba. Shabu saya belum pernah lihat, tapi ganja dan extacy itu sudah sering sih dimana-mana. Ga percaya? Anda coba aja bergaul deh ke komunitas yang suka nongkrong malem, mau motor, mau mobil , mau music. Terus coba-coba tanya “bang tau yang jual daun ga?” Saya percaya dengan 2-3 kali menanyakan itu pasti anda sudah mendapatkan penjualnya. Soal extacy? Ya udah sih ke club aja. Disana tuh extacy itu udah kayak permen yang harganya mahalan dikit. Jadi orang awam saja yang punya duit bisa dapet. Apalagi artis. Jelas duitnya banyak, dan dia dikelilingi banyak orang. Ya pasti gampang banget dapetnya.

Dibalik kehebohan kasus Raffi Ahmad

Daniel Kanhenman dalam Bukunya Thinking Fast and Slow (buku yang menarik) menjelaskan bahwa adanya availability bias. Availability bias adalah pandangan tidak objektif terhadap seuatu fenomena atau peristiwa yang memiliki kemungkinan sama tapi lebih menarik perhatian. Bingung? Pasti. Simpelnya gini. Kasus artis baik dari skandal sex, narkotika, kekerasan lebih menarik perhatian dariapda orang biasa (wajar namanya juga artis). Lalu kecelakaan pesawat, sekalinya terlihat akan membuat kita merasa bahwa pesawat itu tidak aman, walaupun secara statistika kecelakaan pesawat adalah paling sedikit dibanding dengan kecelakaan kendaraan lain (Ratio dari jumlah keberangkatan per jumlah kobran pun menunjukan pesawat lebih baik dari mobil). Hal ini lumrah terjadi karena ini adalah karakter normal dari otak manusia.

Gara-gara Raffi Ahmad adalah artis cukup ternama dan track recordnya baik sekali, penggemar memasukkan image yang ganteng ,baik nurut ama orang tua, penyayang denga adiknya di alam bawah sadar mereka. Ketika berita buruk itu muncul,  adanya ketidak sinkronan antara image di benak mereka dan berita itu. Penggemar secara tidak sadar setiap penggemar mendapatkan shock atau kejutan akan berita buruknya dan nosi ketidak percayaan ini menjadikan berbagai spekulasi yang kita sebut Gossip yang akan menyebar menembus tembok dengan kecepatan yang tinggi. Seperti singkatannya makin diGosok makin SIP, hal ini menimbulkan trend di kalangan penggemar berita selebriti.

Yang namanya trend dan dibicarakan banyak orang, datanglah sesuatu yang sangat sangat tergantung dari banyaknya jumlah orang yaitu MARKETING!. Perusahaan rela membayar mahal untuk iklan di televisi yang ditonton banyak orang. Permintaan akan berita Raffi yang masih HOT ini sangat tinggi  membuat para stasiun televisi  selalu memberitakannya (ya iya lah ratingnya tinggi) dan perusahan televisi mendapatkan untung dari para perusahaan yang beriklan di sana. Dan sadarkah anda sekarang yang menonton berita ini secara up to date? Berita sudah melebar ke Ibu Raffi Ahmad yang batal umroh, Raffi yang ulang tahun di BNN, dan lain-lain.  Dari skala 1-10 anda dapat merating seberapa “nyambungkah” berita ini dengan kasus narkotika.

Bener gara-gara narkoba?

Dilihat dari barang bukti yang kecil dan pemberitaan yang membludak, saya merasa ini terlalu berlebihan (opini pribadi sih). Seperti halnya kasus Ariel Peterpan (Noah ya nama band sekarang?). Ya ampun kalo soal Ariel itu, namanya video syur artis tuh banyak banget di internet. Coba cari aja di google, bejibun banget yang pasti. Tapi kenapa berita Ariel heboh banget? Beberapa sumber sih bilang katanya Ariel sempet ada skandal sex dengan simpanan mafia kejam di Indonesia. Penjara Ariel itu hanyalah isengnya dari mafia itu (katanya sih). Raffi juga adalah artis yang sangat suksess dengan pendapatan yang besar (sinetron, presenter, iklan) dan juga dari bisnis mobil CBUnya. Camaro SS warna kuning itu adalah hasil dari bisnis mobil mewah yang dia geluti. Ada yang sirik ga sih sama orang sukses? Banyak lah, saya aja sirik. Tapi jadi motivasi juga.

 Yang namanya sikut-sikutan di dunia bisnis itu biasa dan jangan lupa bahwa bisnis entertainment adalah bisnis paling hot di Indonesia. Perputaran uang yang besar, jumlah partisipan yang banyak dan tingkat kesulitan yang dimiliki membuat bisnis ini kian diminati. Masuknya ga susah dan duitnya banyak. Dapet duit dari ngartis, bisa bikin bisnis lain. Asyik kan?  Jadi apakah ini kasus narkoba? Atau Cuma ada yang ga seneng aja ama Raffi gara-gara Raffi suksess baik di bisnis entertainment dan mobil CBUnya? Secara artis yang make narkoba juga banyak. Ga percaya? Tanya aja yang namanya orang-orang production house atau orang-orang dibalik layar perfilman.

Jadi dari semua yang saya celotehkan disini adalah adanya ketidak objektifan yang kita proyeksikan kepada masyarakat. Siapa itu masyarakat? Ya kita kita juga. Kasus yang awalnya narkoba yang tidak baik bagi kesehatan telah melenceng jauh menjadi berita ulang tahun di penjara, dan juga berita orang tua yang pilih-pilih pengacara kondang sebagai bukti sayang kepada anaknya. Ya kan?

Secara tidak sadar semua itu terjadi karena kita. Jadi apakah kita punya kekuatan untuk mengubah ini? Tentu saja. Bagaimana? Pertama, yang namanya media kan gara-gara permintaan. Mulailah beralih dari membicarakan Raffi Ahmad, menjadi mengapa sih narkoba itu sangat mudah didapat? Kenapa sih aparat kemanan tidak menindak tegas narkoba? Dan kita juga jangan menutup mata akan peredaranya di sekitar kita. Indonesia sudah sangat banyak kemajuannya. Pemerintah sekarang sudah mulai takut dengan media. Banyaknya stasiun TV local dan radio berita yang menyampaikan aspirasi rakyat untuk didengar masyarakat lain. Hal ini mengalihkan sudut pandang masyarakat yang nantinya akan mengubah permitaan mereka terhadap berbagai hal.  Presiden tahun 98 aja bisa runtuh gara-gara masyarakat apalagi cuma kasus narkoba. Optimis aja deh.

Jadi kesimpulannya?? Hmm Simpulin aja sendiri deh ya. Apakah kita pengen denger berita tentang Raffi aja? Atau berita bahwa aparat belum menindak tegas pengedar narkoba (dari segi hukum, sosiologi, psikologi, dll, saya yakin anda pada expert di bidang anda masing2). Apakah kita hanya tertarik dengan trend yang ada gara-gara selebriti berbuat sesuatu yang jauh melenceng dari penctiraan yang kita dapat? Atau kita akan tertarik dengan berita yang lebih kepada inti permasalahan yang kita hadapi? Semua terserah anda dan hanya anda seorang yang menentukannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar